PEMBELAJARAN
SCR
A.
Tujuan Kegiatan Pembelajara
Setelah
mempelajari kegiatan belajar Modul 2 siswa dapat :
1.
Menjelaskan susunan fisis dan
prinsip kerja SCR.
2.
Mejelaskan cara kerja SCR sebagai
switch.
3.
Mengidentifikasi komponen-komponen
pada pengendali beban menggunakan
SCR.
4.
Memahami cara memberi peyulutan
pada SCR.
5.
Menjelaskan cara kerja rangkaian
pengedali menggunakan SCR
6.
Memahami dasar kerja dan fungsi
UJT.
7.
UJT sebagai relaxation
oscillator.
B. Uraian Materi.
1.
Silicon Controlled Rectifier
1.1.
Susunan Fisis dan Prinsip
Kerja SCR.
Pengembangan elektronika akhir-akhir ini maju dengan sangat
pesat setelah ditemukan beberapa jenis
rumpun Solid State diantaranya Transistor. Dioda, UJT,dll.
Beberapa laboratorium elektronika berusah
menemukan suatu jenis SolidState yang dapat dipergunakan untuk
mengendalikan daya listrik sebagai pengganti tabung air raksa yang biasa
dikenal dengan nama THYRATRON. Ternyata keinginan ini telah dicapai dengan
ditemukannya apa yang disebut ”THYRISTOR”
Nama telah diambil dari gabungan Thyaratron dan Transistor.
Pada tahun 1957 Thyristor telah direproduksi dan telah dipasarkan pula.
Thyristor dibuat dari susunan bahan silicon dan
sifat-sifatnya yang hampir mirip dengan silicon rectifier juga dengan dioda 4
lapis. Keistimewaan dari Thyristor dibanding dengan silicon rectifier, adanya
tambahan elektroda yang disebut Gate. Gate ini merupakan tempat dimana
Thyristor dikendalikan (controlled) karena itu Thyristor juga disebut “Silicon
Controlled Rectifier” disingkat menjadi SCR. Pada saat sekarang ini penggunaan
SCR sangat luas karena SCR dapat mengendalikan arus listrik yang cukup besar
dan dapat pula dipergunakan langsung untuk jaringan arus tukar (AC). Penggunaan
yang nyata pada saat sekarang ini adalah untuk switching daya listrik yang
besar yang dapat mengendalikan pengaturan beban putaran motor listrik,
pengaturan alat pemanas listrik, pengatur lampu penerangan, relay dan alat-alat
alarm yang sangat peka. Bahkan dalam industri-industri sekarang ini SCR
digunakan sebagai sarana pelengkap automat yang menggantikan alat-alat yang
sangat peka.
1.2. Sifat-Sifat SCR
1. Dalam keadaan gate tidak diberikan picu
(trigger), SCR tidak menghantrakan
arus, istilahnya dalam keadaan demikian ini “OFF” atau “Blocked”. Hal
ini dapat dipersamakan (antara anoda dan katoda) dengan switch dalam keadaan
terbuka.
2. Apabila tegangan picu (meskipun hanya
sesaat) diberikan pada gate, maka SCR akan menghantar atau “ON”. Jadi, SCR akan
bekerja sebagai silicon dioda biasa yang dapat menghantar arus pada jurusan
dari anoda ke katoda, akan tetapi ”blocked” pada jurusan yang sebaliknya.
3. Sewaktu SCR telah “ON”, kemudian secara
mendadak tegangan positif pada gate kita putuskan, maka SCR tetap ON. Jelasnya
untuk membuat SCR dapat ON cukup dengan memberikan tegangan positif dalam waktu
yang pendek karena da;am pemakain tegangan (DC), SCR akan bekerja terus-menerus
seperti halnya silicon rectifier biasa bahkan kita dapat melakukan pengendalian
SCR dengan memberikan pulse positif pada gatenya.
4. Hubungan antara gate dan katoda pada SCR
bersifat seperti dioda silicon, sehingga antara gate dan katoda berimpedansi
rendah pada rah forward (conduct). Pengendalian tegangan gate dibutuhkan antara
1-2 volt saja dengan arus gate beberapa puluh miliampere, tegangan dan arus ini
sudah cukup untuk membuat SCR yang berkemampuan menghantar arus sebesar
beberapa puluh ampere (arus anoda-katoda).
5. Apabila SCR telag dalam keadaan ON, cara
untuk meng-OFF kan kembali tak dapat dilakukan melalui gate, melainkan kita
harus menurunkan besarnya arus anoda-katoda sampai batas dibawah nilai Ih
“holding current” (nilai mendekati nol). Apabila sekarang SCR digunakan untuk
keperluan arus tukar AC, kita tak mendapat kesulitan sebab setiap setengah
periode positif akhir, tegangan arus AC akan menurun dan kemudian nol sahingga
SCR secara otomtis OFF dengan sendirinya.
Dalam pemakain SCR dapat dipergunakan oleh pemakai/beban.
Rangkaian untuk keperluan tersebut dapat mempergunakan DC maupun AC.
1.3. Sistim picu gate
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa
Thyristor merupakan kompenen break over, khususnya SCR dan triac adalah
kompenen break over yang tinggi tegangan konduknya, tetapi dengan mengatur
melalui sinyal picu yang diberikan pada gate, sehinggga dengan tegangan yang
kecil komponen tsb dapat mengalirkan arus ( konduk).
Di dalam rangkaian kenverter AC, Thyristor
merupakan komponen utama melalui pengontrolan lebar sudut konduk (conduction
angle) atau sudut penundaan picu (firing delay angle).
Rangkaian dasar SCR dan Triac beban dan sumber
tegangan diperlihatkan pada gambar 1.3b. dan gambar 1.3c. memperlihatkan sudut
konduk SCR 120o maka sudut picunya 60o dan bila sudut
konduknya 45o, sudut picunya 135o.
Pengaturan
sudut konduk/sudut picu dilakukan melalui pengaturan sinyal picu, pengatur ini dapat
dilaksanakan dengan 2 sistem:
1.
Dengan mengatur besarnya arus picu
(IG) yang diberikan pada gate. Makin besar IG makin
rendah UBRF sehingga makin lebar sudut konduk atau maakin sempit
sudut picunya.
2.
Dengan mengatur waktu (saat)
diberikannya sudut picu. Dalam hal ini besarnya IG agar UBRF
~ 0 volt langsung dipenuhi, hanya waktu pemberian picunya diatur, makin awal
datangnya sinyal picu makin lebar sudut konduknya dan sebaliknya makin tertunda
sinyal picu maikn sempit sudut konduknya.
Di dalam praktek pada umumnya menggunakan cara
ke-2 dan sinyal picunya menggunakan sinyal berbentuk pulsa atau tegangan tajam
(spike voltage).
makasih, infonya sangat bermanfaat bagi ane
BalasHapusPower supply hp